Rabu, 02 Februari 2011

strategi public relatons dalam meningkatkan citra perusahaan

A. Strategi Public Relations Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan
1. Strategi Public Relations Melalui Media Relations.
Strategi Public Relations yang sangat efektif dalam proses penyebaran informasi tentang perusahaan melalui media massa baik itu media cetak ataupun elektronik, agar menciptakan image yang positif dari para stakeholder, menurut Silih Agung Wasesa Dalam bukunya Strategi Public Relations (2005 : 68) bahwa tidak sedikit praktisi Public Relations yang mulai memposisikan diri sebagai partner strategis media massa, sehingga informasi yang dimilikinya dikelola secara profesional untuk dijadikan informasi yang dibutuhkan oleh Public. Upaya ini juga akan dengan sendirinya akan menghemat atau mengurangi biaya pembelian lahan di media massa, karena media massa dengan senang hati akan merelakan halamannya untuk diisi oleh informasi yang di berikan Public Relations. Semua ini bisa terjadi disebabkan karena Public Relations tidak lagi menjadikan informasi sebagai sebuah benda mati yang disebarkan utuh sepeti aslinya. Public Relations harus memodifikasi sesuai target audiens dari informasi tersebut.
A. Strategi Public Relations melalui hubungan dengan media elektronik.
Menurut Pulford dalam bukunya Strategic Marketing Communications yang dikutip oleh Silih Agung Wasesa (1995 : 288), satu hal yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan media televisi adalah kedekatannya dengan teknologi, perubahan teknologi akan mengubah perilaku penonton TV secara signifikan.
Selain itu menurut Silih Agung Wasesa (1995 : 288) Televisi dalam hl ini stasiun televisi terus menerus mencoba membuat program – program yang menarik agar mampu mengikat konsumen lebih lama di depan televisi, termasuk ketika jeda iklan menyela. Dengan begitu televisi membutuhkan pihak ketiga dalam memunculkan kreativitas baru, disinilah Public Relations memiliki kesempatan untuk memanfaatkan televisi seoptimal mungkin dengan membantu memberikan ide – ide kreativitasnya sekaligus menyelipkan pesan – pesan untuk disampaikan kepada pemirsa.
Secara garis besar bentuk – bentuk program televisi yang dapat dimanfaat kan oleh Public Relations untuk mengoptimalkan peningkatan citra menurut Silih Agung Wasesa adalah
1. Program Non - Berita
Program - program non berita sering kali disebut sebagai entertainment program, atau program yang mampu menghibur pemirsa. Unutk menikan rating biasanya program dibuat semaksimal mungkin agar bisa ditonton oleh semua umur, tetapi tidak mudah karena itu artinya harus ditayangkan pada jam – jam utama yaitu jam 07 – 09 malam. Maka dikembangkan program – program yang menyasar ceruk pemirsa tersendiri, tayangan tersebut memiliki karakteristik yang unik.
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh Public Relations untuk menyemarakan sebuah acara dengan menyelipkan informasi – informasi titipan untuk kebutuhan pemirsa. Beberapa hal yang sering dilakukan menurut Silih Agung Wasesa (2005 : 289)
a. Pendekatan Personal
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang membutuhkan keahlian personal relationship tersendiri, yang terkadang sulit dilakukan kalau kita tidak memiliki jalur konektifitas yang menghubungkan kita dengan personal – personal yang terlibat dalam pembuatan program tersebut.
Kunci utama dalam melakukan pendekatan personal adalah sebagai berikut
a. Alamat
Kenali alamat di mana program tersebut dilakukan. Ini bisa kita lakukan melalui jaringan kerja yang kita yang memiliki di televisi tersebut atau kenalan orang yang bekerja di rumah produksi.
b. Orang – orang kunci
Petakan orang – orang kunci yang terlibat dalam program tersebut, selain produser program, bisa juga kita telisik sutradara ataupun artis yang terlibat dalam program tersebut, kita bisa memanfaatkan program tersebut selama naskah program tersebut tidak kaku dan dapat dilakukan improvisasi dengan menyelipkan pesan yang tidak bersifat komersial tapi lebih bersifat edukatif, dan Public Relations dapat menyelipkn pesan informasi dlam program tersebut.
c. Negosiasi
Pendekatan personal betul – betul membutuhkan kemampuan negosiasi, karena kelemahan dalam hal negosiasi akan menyebabkan kita harus membayar hampir setara dengan kita membayar iklan, sebaliknya kemampuan negosiasi yang persuasif memungkinkan kita untuk tidak membayar titipan informasi yang kita berikan.
A. Pendekatan Institutional
Pendekatan ini paling sederahana karean praktisi Public Relations langsung berhubungan dengan stasiun televisi dan langsung melakukan tawar menawar harga harga untuk menyelipkan inforamasi pada acara – acara favorit yang memiliki rating yang tinggi. Tidak jarang tawar menawar ini berakhir dengan program baru yang dikemas khusus oleh bagian produksi TV yang bersangkutan.
Ada Praktisi Publik Relations yang berpendapat bahwa hal ini kurang menantang sebab persuahaan tetap harus membayar seperti halnya kita memasang iklan di televisi.
B. Pendekatan Rumah Produksi
Pendekatan ini membutuhkan kedekatan dengan rumah produksi dan kreativitas karena pada dasarnya, pendekatan program sama halnya dengan membuat program itu sendiri dan kemudian mengajukan ke rumah produksi atau stasiun televisi.
C. Pendekatan Program
Disini Public Relations menyiapkan sendiri acara untuk program televisi. Ini pendekatan yang paling efektif karena program yang dibuat menjadi lebih mahal biayanya. Hal ini dikarenakan bujet yang harus dikeluarkan bukan sekedar budget air time, tapi juga budget produksi dari program produksi itu sendiri.
2. Program Berita
Dalam Program non berita seperti yang dijelaskan diatas, Public Relations hanya bisa menyisipkan informasi pada acara utama, namun pada program berita atau talkshow PR mampu mengemas satu acara penuh berisi informasi yang kita inginkan.
Salah satu keajaiban yang ditunggu oleh setiap praktisi Public Relations menurut Silih Agung Wasesa (1995 : 293) yaitu pada saat mengadakan press conference dan hasilnya tayng di televisi nilai dari hasil konversi tidaklah kecil, bila dibandingkan dengan spot iklan dengan waktu tertentu.
Menurut Silih wasesa strategi yang harus disiapkan agar informasi yang disuguhkan dapat dimuat oleh media pemberitaan televisi yaitu :
a. Model informasi
Bagaimana memilahkan informasi yang sesuai dengan karakter media televisi.
b. Strategi penyampaian
Setelah model informasi siap untuk diedarkan, kita harus memiliki rencana strategis untuk menyampaikan informasi dengan media yang berbeda.
c. Kredibilitas Narasumber
Satu hal yang tidak bisa dilupakan adalah menyiapkan narasumber yang kredibel. Pemilihan narasumber berdasarkan kredibilitas tetap menjadi prioritas untuk mendapat liputan yang luas.
B. Strategi Public Relations melalui hubungan dengan media Cetak.
Selain strategi dengan menggunakan hubungan dengan media elektronik yaitu televisi seperti apa yang penulis sebutakan diatas maka perlu juga diciptakan strategi melalui media cetak, kegiatan Public Relations dalam hubungannya dengan media cetak menurut Rhenald Kasali dalam bukunya manajemen Public Relations (2005 : 162) mengatakan bahwa 70% kegiatan praktisi kehumasan adalah menulis sedangkan 30% sisanya adalah komunikasi lainnya. Menurut Rhenald kasali meskipun semakin hari teknologi semakin berkembang dan semakin di dominasi oleh media Audio Visual, tetapi media tulisan tetap menjadi sumber yang berpengaruh, bahkan media televisi tetap mengembangkan berita dan liputannya dari berita – berita di media cetak.
Menurut Rhenald kasali ada beberapa penulisan Public Relations diantaranya :
a. Press release
Siaran Pers (Press Release, biasa disebut rilis saja) adalah naskah berita (data atau informasi tentang sebuah kegiatan –pra ataupun pasca) yang disampaikan kepada wartawan atau kantor redaksi media untuk dipublikasikan di media tersebut. Dengan demikian, menulis siaran pers pada dasarnya sama dengan menulis berita seperti dilakukan para wartawan. Oleh karenanya, karakteristik dan struktur penulisan siaran pers sama dengan menulis berita.
Karakteristik siaran pers adalah memiliki “nilai berita” (news values), yakni aktual, faktual, penting, dan menarik. Struktur penulisannya pun sama dengan dengan penulisan berita, yakni terdiri dari head (Judul), dateline (baris tanggal), lead (teras berita), dan news body (tubuh atau isi berita). Berita sendiri artinya adalah laporan peristiwa atau peristiwa yang dilaporkan oleh media massa.
Kiat menulis siaran pers:
1. Tulis dengan gaya penulisan berita.
2. Jangan terlalu panjang – cukup satu lembar.
3. Langsung ke masalahnya dengan segera.
4. Penuhi unsur berita 5W+1H.
5. Berikan lebih dari satu nomor kontak –nomor telpon kantor, kontak pribadi, HP, e-mail, dan fax.
6. Jika memungkinkan, buatlah usulan mengenai orang-orang yang dapat diwawancara.
7. Cek/konfirmasi siaran pers yang sudah dikirimkan melaui fax, surat, atau e-mail.
8. Jika perlu, seratakan ilustrasi foto, tabel, atau grafik atau bahan pendukung lainnya –makalah, naskah pidato, susunan acara, dsb.
9. Tuliskan pada kertas berkop-surat sehingga benar-benar resmi.
10. Tandatangani oleh pejabat paling berwenang, misalnya manajer humas, ketua panitia, dan/atau ketua lembaga/perusahaan.
11. Jika bersifat individu, misalnya artis, pakar, pejabat, ataupun warga biasa, sertakan fotokopi identitas.
b. Advertorial (adv)
Advertorial = advertising dan editorial. Gabungan antara promosi dan opini atau pemberitaan tentang hal yang dipromosikan –produk, jasa, perusahaan, organisasi, aktivitas, atau program pemerintah. Bentuk tulisannya bisa berupa berita, feature, atau artikel. Advertorial sering disebut iklan dalam bentuk pemberitaan atau tulisan panjang.
Jenis advertorial a.l. adv produk, adv jasa, adv perusahaan, dan adv pemerintahan. Sifatnya bisa informatif, eksplanatif, interpretatif, persuasif, argumentatif, dan eksploratif.
2. Strategi Public Relations Melalui Marketing Public Relations.
Menurut Kustadi Suhandang dalam bukunya Public Relations Perusahaan (2004 : 164) bahwasannya belum ada istilah yang tepat bagi pengertian ini, memang secara susunan kata market berarti pasar sehigga sebagian ahli berpendapat bahwa marketing adalah analisis pasar, padahal persamaan arti ini kurang tepat sebab kegiatan marketing lebih luas lagi. Analisis pasar hanyalah sebagian saja dari kegiatan marketing, yang disamping aktivitasnya seperti distribusi, sales promotions, merchndizing, personel selling, Dll. Untuk tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka akan di kutip definisi dari para ahli diantaranya yaitu Nystrum, melalui bukunya Handbook of marketing, mendefinisikan marketing sebagai kegiatan yang meliputi aktifitas perusahaan dalam hal penyaluran barang – barang atau jasa mulai dari produsen ke konsumen, senada dengan pendapat tersebut Maynard Maynard dan Beckham (1946 :3) yang dikutip oleh Kustadi suhandang (2004 : 165) menyebutkan menurut mereka marketing mencakup semua kegiatan Bisnis yang mencakup semua kegiatan bisnis yang meiputi penyaluran barang dan jasa dari produksi fisik sampai ke tangan konsumen.lebih rinci lagi pendapat Converse yang mengemukakan bahwa fungsi marketing adalah tindakan – tindakan, penyelenggaraan, atau pelayanan yang diberikan penyalur atau distribusi barang dan jasa.
Dari definisi – definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa marketing merupakan semua aktifitas perusahaan yang dilakukan dalam rangka menyalurkan barang dan jasa kepada konsumen atas dasar pengertian akan kegunaannya terhadap tempat, waktu, bentuk dan dan kepuasan masing – masing pihak yang terobat dalam proses penyaluran dimaksud.
Semua kegiatan tersebut pada dasarnya ditujukan untuk melayani dan memenuhi kebutuhan konsumen akan barang dan jasa. Oleh karena itu perusahaan yang bersangkutan membuat produksinya bukan semata – mata untuk dikonsumsi sendiri melainkan ditujukan kepada masyarakat, bila masyarakat menerima dalam artian produksi perusahaan itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat maka perusahaan itu hidup dan berkirah dengan sehat dan baik. Kustadi Suhandang (166 : 2004).
Dengan demikian masalah utama bagi upaya yang harus ditempuh sehingga produksi perusahaan dapat diterima masyarakat, maka seorang Public Relations Officers, menurut Kustadi Suahandang (2004 : 166) hendaknya melakukan study pasar sebelum barang produksi dilemparke pasar dianatranya :
a. Pendekatan komodity, yaitu mempelajari sistem marketing, tiap jenis komoditi satu persatu.
b. Pendekatan institusional, yaitu penelitian anatomis terhadap sistem pemasarannya. Maksudnya tiap bagian dari sistem marketing barang itu dilukiskan dan dianalisis sudah tentu dihubungkan dengan kebutuhan yang bersangkutan.
c. Pendekatan fungsional, yaitu penelitian yang bersifat analisis fisiologis tiap fungsi dari sistem marketing ini dianalisis kemudian di bahas
d. Pendekatan historis, yaitu pengamatan terhadap bagaimana terbentuknya fungsi – fungsi dan institusi marketing yang ada
e. Pendekatan metode ongkos, yaitu menganalisis segi – segi ongkos dari semua kegiatan marketing.

a. Manfaat Marketing Public Relations
Marketing Public Relations merupakan proses perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-program yang merangsang pembelian kepuasan konsumen melalui komunikasi mengenai informasi yang dapat dipercaya melaui kesan-kesan yang membutuhkan perusahaan dan produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, perhatian dan kepentingan para konsumen
Pengembangan sinergi dari fungsi pemasaran dan Public Relations yang kemudian mencapai titik temu dan dikenal sebagai istilah Marketing Public Relations tersebut cukup efektif dalam membangun brand awareness (pengenalan merk) dan brand knowlege (pengetahuan merk), pengembangan tersebut juga berpotensi juga untuk memasuki, dan bahkan mendukung bauran pemasaran (marketing mix), khususnya unsur promosi dalam bauran tersebut. Dalam beberapa hal Marketing Public Relations dianggap lebih hemat untuk mencapai publisitas tinggi dalam proses publikasi, jika dibandingkan dengan iklan komersial yang biayanya cukup mahal dan jangka waktu yang relative pendek.
Dalam perkembangan aktivitas terakhir ini, Marketing Publik Relations cukup efektif dan efisien dalam penyebaran pesan dan informasi. Selain itu Marketing Public Relations mengandung kekuatan membujuk (persuasive approch) dan sekaligus mendidik (educated) masyarakat atau publiknya. Di tambah kecanggihan media elektronik juga memberikan berbagai manfaat bagi marketing Public Relations. Di antara manfaat tersebut dalam Rusady Ruslan (2005 :245 : 246) adalah sebagai berikut :
a. Dapat lebih efektif dan efisien dalam penggunaan pembiyaan publikasi mengingat semakin tingginya biaya produksi promosi di media masa (komersial)
b. Saling melengkapi (komplementer) dengan promosi periklanan.
c. Dapat meningkatkan kredibilitas (kepercayaan) dari pesan – pesan yang disampaikan melalui jalur Public Relations.
d. Kampanye melalui iklan mempunyai keterbatasan pada ruang (space) dan waktu (timely) yang tersedia di media elktronik dan media cetak, oleh karena itu penggunaan promosi iklan harus membeli ruang siaran agar pesan yang disampaikan dapat ditayangkan atau dimuat di dalam media tersebut. Sedangkan melalui marketing publik relations tidak usah membayar itu semua melainkan pesan tersebut diolah dan dikemas sedemikian rupa kedalam suatu berita (news) atikel sponsor (advertorial) atau feature sehingga menarik perhatian pembaca.

3. Strategi Public Relations Melalui Hubungan dengan Masyarakat Lokal
Menurut Rhenald Kasali (2005 : 127) bahwasannya komunitas lokal adalah masyarakat yang bermukim ataupun yang mencari nafkah disekitar kantor perusahaan ataupun aset perusahaan lainnya, komunitas lokal dipandang sebagai satu kesatuan dengan perusahaan yang memberikan manfaat timbal balik. Hubungan timbal balik bukan berarti suatu komunitas adalah kumpulan orang – orang yang saling berbagi dalam memanfaatkan suatu fasilitas lebih jauh komunitas adalah suatu organisme sosial yang saling berinteraksi.
Beberapa hal keuntungan dengan membuat hubungan yang harmonis dengan komunitas lokal yaitu pasokan tenaga kerja yang sehat, yang mengenal perusahaan secara dekat dan tinggal di dekat perusahaan salah satunya.
Terdapat tiga tingkat Strategi Public Relations dalam usaha meningkatkan Hubungan dengan masyarakat sekitar yakni :
1. Kegiatan program yang bersifat charity, bentuk kegiatan seperti ini ternyatadampaknya terhadap masyarakat hanyalah “menyelesaikan masalah sesaat”hamper tidak ada dampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, selainlebih mahal, dampak jangka panjang tidak optimal untuk membentuk cutraperusahaan, dari sisi biaya, promosi kegiatan sama halnya dengan biaya punlikasikegiatan. Walaupun masih sangat relevan, tetapi untuk kepentingan perusahaandan masyarkat dalam jangka panjang lebih dibuituhkan pendekatan yang
2. Kegiatan program yang membantu usaha kecil secara parsial. Saat ini makinbanyak perusahaan yang menyadari pentingnya pendekatan CSR yang berorientasipada peningkatan produktifitas dan mendorong kemandirian masyarakat, salahsatu bentuk kegiatannya adalah membantu usaha kecil, tetapi bentuk kegiatanperkuatan tersebut masih parsial, memisahkan kegiatan program yang bersifatpendidikan, ekonomi, infrasutruktur dan kesehatan. Walaupun lebih baik ternyatapada tingkatan masyarakat kegiatan ini tidak dapat diharapkan berkelanjutan,bahkan cenderung meningkatkan keberuntungan masyarkat pada perusahaan,sehingga efek pada pembentukan citra ataupun usaha untuk menggalangkerjasama dengan masyarkat tidak dapat secara optimal.
3. Kegiatan program yang berorientasi membangun daya saing masyarakat, program akan meberi dampak ganda untuk perusahaan dan masyarakat karena dari awal dirancang untuk meningkatkan produktifitas (sebagai ukurandata saing) guna meningkatkan daya beli sehingga meningkatkan akses padapendidikan dan kesehatan jangka panjang, untuk itu perlu diberikan penekananpada berkelanjutan penguatan ekonomi secara mandiri .
4. Strategi Public Relations Melalui PRC ( Persepsi Realitas citra).
Menurut Kotler dalam bukunya Marketing Manajemen (1999) yang dikutip oleh Silih Agung Wasesa (2005 : 13) mendefinisikan bahwa persepsi sebagai sebuah proses dimana seseorang melakukan seleksi, mengorganisasi, dan mengintrpretasikan informasi – informasi yang masuk ke dalam pikirannya menjadi sebuah gambaran besar yang mempunyai arti.
Dengan demikian menurut Silih Agung Wasesa (2005 : 15) seberapa jauh citra akan terbentuk sepunuhnya ditentukan oleh bagaimana Public Relations mampu membangun persepsi yang didasarkan oleh realitas yang terjadi, untuk singkatnya Silih Agung Wasesa menyebut dengan proses PRC atau Persepsi realitas Citra. Sekalipun persepsi belum tentu sama dengan realitas yang muncul, tetapi persepsi tidak bisa dibangun dengan realitas mendasar, apalagi kalau realitas diselewengkan agar mengelabui target audience sehinnga menghasilkan persepsi yang kita inginkan.
Persepsi realitas citra harus dibangun dengan fondasi yang kredibel, persepsi realitas citra yang tidak didasari informasi realitas dengan kredibilitas yang tinggi hanya akan menghasilkan citra yang lemah. Risiko yang diakibatkan oleh informasi yang tidk kredibel adalah banyaknya celah yang dapat dilihat oleh public termasuk pihak lain yang memiliki kepentingan bersebrangan untuk dengan mudah.
Apalagi citra tidak bisa dipilah secara kaku pada area baik dan buruk, citra harus dikembangkan berdasarkan pada perkembangan bisnis yang dimiliki oleh perusahaan. Pada perusahaan yang baru tumbuh akan berbeda dengan perusahaan yang berkembang secara matang.
Mengacu pada pola pertumbuhan perusahaan dibuat oleh Boston Cosulting Group dalam BCG matrix yang dikutip Silih Agung Wasesa (2005 : 16), maka citra yang dibentuk pada tiap tahapan akan berbeda, secara detail penjabaran citra harus dibentuk sebagai berikut :
1. Question Marks
Pada tahap ini perusahaan baru saja berdiri sehingga pertumbuhan produktifitiasnya termasuk tinggi. Namun demikian pangsa pasarnya masih rendah.
Pada tahap ini citra harus dibentuk untuk memberikan edukasi kepada public mengenai visi perusahaan serta manfaatnya. Sebagai contoh adalah jika perusahaan memiliki produk baru maka penggalangan citra harus ditujukan pada edukasi konsumen tentang pemahaman produk, termasuk fungsi produk, baik secara sosial ataupun personal. Jadi, begitu produk diluncurkan kebutuhan konsumen di pasar akan terbentuk lebih dahulu.

2. Stars
Pada tahap Stars, perusahaan mulai mrngalami pertumbuhan pasar yang baik yang ditandai dengan pertumbuhan produk serta penguasaan pasar yang semakin baik.
Pada tahap ini citra harus dikembangkan untuk memberikan pemahaman kepada publik bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab publik yang kuat. Citra produk juga diarahkan pada aspek – aspek yang menyangkut keamanan dan kenyamanan konsumen dalam menggunakan produk dan fungsi sesuai kebutuhan konsumen.
Tugas pencitraan disini adalah memperkuat brand awareness ataupun ekuitas merek. Perusahaan harus mampu mengkomunikasikan kepada konsumen bahwa merek mereka akan lebih mampu memenuhi kebutuhan konsumen secara signifikan dibandingkan dengan merek – merek pesaing. Pola komunikasi pada tahap ini juga mengembangkan loyalitas konsumen terhadap merek.
3. Cash Cow
Kejenuhan mulai masuk ke perusahaan. Sekalipun memiliki market share yang cukup tinngi tetapi pasar dikuasainya mulai sulit dikembangkan. Dalam tahap ini, sering sekali merek produk disebut oleh konsumen hanya untuk menegosiasikan dengan kategori produk itu sendiri. Merek sering disebut tetapi, produknya tidak pernah dibeli. Merek Aqua pernah mengalami tahap ini, dimana nama mereknya identik dengan air minum dalam kemasan. Sehingga tidak jarang banyak konsumen yang menyebutkan merek, tapi bergeming ketika disodorkan merek lain.
Pada tahap ini, citra harus disegarkan kembali. Loyalitas konsumen terhadap merek juga harus terus dibangun. Publik harus disadarkan bahwa merek produk memiliki perbedaan yang signifikan terhadap merek – merek lain. Untuk merevitalisasi mereknya, Aqua membangun positioning Sehatnya nyata, dan membuat kampanye iklan yang menegaskan bahwa Aqua adalah merek pilihan. Jadi jangan memilih yang lain , sekalipun jenis produk yang sama.

4. Dog
Dalam tahap ini tidak mudah untuk membentuk citra perusahaan karena perusahaan pada posisi dimana baik pangsa pasar maupun pertumbuhan pasarnya berada pada titik terendah.
Pada tahap ini citra harus mampu mengawal manajemen dalam melakukan revitalisasi usaha. Merek – merek harus dilahirkan kembali sesuai dengan kebutuhan konsumen saat ini.
Salah satu contoh sukses merek yang sukses bangkit di tahap ini adalah permen Viks. Dengan mengubah dari semula hanya dianggap obat batuk menjadi permen pelega tenggorokan, sehingga mampu melesat hingga menguasai pasar.







A. Strategi Public Relations Dalam Meningkatkan Citra Perusahaan
1. Strategi Public Relations Melalui Media Relations.
Strategi Public Relations yang sangat efektif dalam proses penyebaran informasi tentang perusahaan melalui media massa baik itu media cetak ataupun elektronik, agar menciptakan image yang positif dari para stakeholder, menurut Silih Agung Wasesa Dalam bukunya Strategi Public Relations (2005 : 68) bahwa tidak sedikit praktisi Public Relations yang mulai memposisikan diri sebagai partner strategis media massa, sehingga informasi yang dimilikinya dikelola secara profesional untuk dijadikan informasi yang dibutuhkan oleh Public. Upaya ini juga akan dengan sendirinya akan menghemat atau mengurangi biaya pembelian lahan di media massa, karena media massa dengan senang hati akan merelakan halamannya untuk diisi oleh informasi yang di berikan Public Relations. Semua ini bisa terjadi disebabkan karena Public Relations tidak lagi menjadikan informasi sebagai sebuah benda mati yang disebarkan utuh sepeti aslinya. Public Relations harus memodifikasi sesuai target audiens dari informasi tersebut.
A. Strategi Public Relations melalui hubungan dengan media elektronik.
Menurut Pulford dalam bukunya Strategic Marketing Communications yang dikutip oleh Silih Agung Wasesa (1995 : 288), satu hal yang harus diperhatikan dalam memanfaatkan media televisi adalah kedekatannya dengan teknologi, perubahan teknologi akan mengubah perilaku penonton TV secara signifikan.
Selain itu menurut Silih Agung Wasesa (1995 : 288) Televisi dalam hl ini stasiun televisi terus menerus mencoba membuat program – program yang menarik agar mampu mengikat konsumen lebih lama di depan televisi, termasuk ketika jeda iklan menyela. Dengan begitu televisi membutuhkan pihak ketiga dalam memunculkan kreativitas baru, disinilah Public Relations memiliki kesempatan untuk memanfaatkan televisi seoptimal mungkin dengan membantu memberikan ide – ide kreativitasnya sekaligus menyelipkan pesan – pesan untuk disampaikan kepada pemirsa.
Secara garis besar bentuk – bentuk program televisi yang dapat dimanfaat kan oleh Public Relations untuk mengoptimalkan peningkatan citra menurut Silih Agung Wasesa adalah
1. Program Non - Berita
Program - program non berita sering kali disebut sebagai entertainment program, atau program yang mampu menghibur pemirsa. Unutk menikan rating biasanya program dibuat semaksimal mungkin agar bisa ditonton oleh semua umur, tetapi tidak mudah karena itu artinya harus ditayangkan pada jam – jam utama yaitu jam 07 – 09 malam. Maka dikembangkan program – program yang menyasar ceruk pemirsa tersendiri, tayangan tersebut memiliki karakteristik yang unik.
Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh Public Relations untuk menyemarakan sebuah acara dengan menyelipkan informasi – informasi titipan untuk kebutuhan pemirsa. Beberapa hal yang sering dilakukan menurut Silih Agung Wasesa (2005 : 289)
a. Pendekatan Personal
Pendekatan ini merupakan pendekatan yang membutuhkan keahlian personal relationship tersendiri, yang terkadang sulit dilakukan kalau kita tidak memiliki jalur konektifitas yang menghubungkan kita dengan personal – personal yang terlibat dalam pembuatan program tersebut.
Kunci utama dalam melakukan pendekatan personal adalah sebagai berikut
a. Alamat
Kenali alamat di mana program tersebut dilakukan. Ini bisa kita lakukan melalui jaringan kerja yang kita yang memiliki di televisi tersebut atau kenalan orang yang bekerja di rumah produksi.
b. Orang – orang kunci
Petakan orang – orang kunci yang terlibat dalam program tersebut, selain produser program, bisa juga kita telisik sutradara ataupun artis yang terlibat dalam program tersebut, kita bisa memanfaatkan program tersebut selama naskah program tersebut tidak kaku dan dapat dilakukan improvisasi dengan menyelipkan pesan yang tidak bersifat komersial tapi lebih bersifat edukatif, dan Public Relations dapat menyelipkn pesan informasi dlam program tersebut.
c. Negosiasi
Pendekatan personal betul – betul membutuhkan kemampuan negosiasi, karena kelemahan dalam hal negosiasi akan menyebabkan kita harus membayar hampir setara dengan kita membayar iklan, sebaliknya kemampuan negosiasi yang persuasif memungkinkan kita untuk tidak membayar titipan informasi yang kita berikan.
A. Pendekatan Institutional
Pendekatan ini paling sederahana karean praktisi Public Relations langsung berhubungan dengan stasiun televisi dan langsung melakukan tawar menawar harga harga untuk menyelipkan inforamasi pada acara – acara favorit yang memiliki rating yang tinggi. Tidak jarang tawar menawar ini berakhir dengan program baru yang dikemas khusus oleh bagian produksi TV yang bersangkutan.
Ada Praktisi Publik Relations yang berpendapat bahwa hal ini kurang menantang sebab persuahaan tetap harus membayar seperti halnya kita memasang iklan di televisi.
B. Pendekatan Rumah Produksi
Pendekatan ini membutuhkan kedekatan dengan rumah produksi dan kreativitas karena pada dasarnya, pendekatan program sama halnya dengan membuat program itu sendiri dan kemudian mengajukan ke rumah produksi atau stasiun televisi.
C. Pendekatan Program
Disini Public Relations menyiapkan sendiri acara untuk program televisi. Ini pendekatan yang paling efektif karena program yang dibuat menjadi lebih mahal biayanya. Hal ini dikarenakan bujet yang harus dikeluarkan bukan sekedar budget air time, tapi juga budget produksi dari program produksi itu sendiri.
2. Program Berita
Dalam Program non berita seperti yang dijelaskan diatas, Public Relations hanya bisa menyisipkan informasi pada acara utama, namun pada program berita atau talkshow PR mampu mengemas satu acara penuh berisi informasi yang kita inginkan.
Salah satu keajaiban yang ditunggu oleh setiap praktisi Public Relations menurut Silih Agung Wasesa (1995 : 293) yaitu pada saat mengadakan press conference dan hasilnya tayng di televisi nilai dari hasil konversi tidaklah kecil, bila dibandingkan dengan spot iklan dengan waktu tertentu.
Menurut Silih wasesa strategi yang harus disiapkan agar informasi yang disuguhkan dapat dimuat oleh media pemberitaan televisi yaitu :
a. Model informasi
Bagaimana memilahkan informasi yang sesuai dengan karakter media televisi.
b. Strategi penyampaian
Setelah model informasi siap untuk diedarkan, kita harus memiliki rencana strategis untuk menyampaikan informasi dengan media yang berbeda.
c. Kredibilitas Narasumber
Satu hal yang tidak bisa dilupakan adalah menyiapkan narasumber yang kredibel. Pemilihan narasumber berdasarkan kredibilitas tetap menjadi prioritas untuk mendapat liputan yang luas.
B. Strategi Public Relations melalui hubungan dengan media Cetak.
Selain strategi dengan menggunakan hubungan dengan media elektronik yaitu televisi seperti apa yang penulis sebutakan diatas maka perlu juga diciptakan strategi melalui media cetak, kegiatan Public Relations dalam hubungannya dengan media cetak menurut Rhenald Kasali dalam bukunya manajemen Public Relations (2005 : 162) mengatakan bahwa 70% kegiatan praktisi kehumasan adalah menulis sedangkan 30% sisanya adalah komunikasi lainnya. Menurut Rhenald kasali meskipun semakin hari teknologi semakin berkembang dan semakin di dominasi oleh media Audio Visual, tetapi media tulisan tetap menjadi sumber yang berpengaruh, bahkan media televisi tetap mengembangkan berita dan liputannya dari berita – berita di media cetak.
Menurut Rhenald kasali ada beberapa penulisan Public Relations diantaranya :
a. Press release
Siaran Pers (Press Release, biasa disebut rilis saja) adalah naskah berita (data atau informasi tentang sebuah kegiatan –pra ataupun pasca) yang disampaikan kepada wartawan atau kantor redaksi media untuk dipublikasikan di media tersebut. Dengan demikian, menulis siaran pers pada dasarnya sama dengan menulis berita seperti dilakukan para wartawan. Oleh karenanya, karakteristik dan struktur penulisan siaran pers sama dengan menulis berita.
Karakteristik siaran pers adalah memiliki “nilai berita” (news values), yakni aktual, faktual, penting, dan menarik. Struktur penulisannya pun sama dengan dengan penulisan berita, yakni terdiri dari head (Judul), dateline (baris tanggal), lead (teras berita), dan news body (tubuh atau isi berita). Berita sendiri artinya adalah laporan peristiwa atau peristiwa yang dilaporkan oleh media massa.
Kiat menulis siaran pers:
1. Tulis dengan gaya penulisan berita.
2. Jangan terlalu panjang – cukup satu lembar.
3. Langsung ke masalahnya dengan segera.
4. Penuhi unsur berita 5W+1H.
5. Berikan lebih dari satu nomor kontak –nomor telpon kantor, kontak pribadi, HP, e-mail, dan fax.
6. Jika memungkinkan, buatlah usulan mengenai orang-orang yang dapat diwawancara.
7. Cek/konfirmasi siaran pers yang sudah dikirimkan melaui fax, surat, atau e-mail.
8. Jika perlu, seratakan ilustrasi foto, tabel, atau grafik atau bahan pendukung lainnya –makalah, naskah pidato, susunan acara, dsb.
9. Tuliskan pada kertas berkop-surat sehingga benar-benar resmi.
10. Tandatangani oleh pejabat paling berwenang, misalnya manajer humas, ketua panitia, dan/atau ketua lembaga/perusahaan.
11. Jika bersifat individu, misalnya artis, pakar, pejabat, ataupun warga biasa, sertakan fotokopi identitas.
b. Advertorial (adv)
Advertorial = advertising dan editorial. Gabungan antara promosi dan opini atau pemberitaan tentang hal yang dipromosikan –produk, jasa, perusahaan, organisasi, aktivitas, atau program pemerintah. Bentuk tulisannya bisa berupa berita, feature, atau artikel. Advertorial sering disebut iklan dalam bentuk pemberitaan atau tulisan panjang.
Jenis advertorial a.l. adv produk, adv jasa, adv perusahaan, dan adv pemerintahan. Sifatnya bisa informatif, eksplanatif, interpretatif, persuasif, argumentatif, dan eksploratif.
2. Strategi Public Relations Melalui Marketing Public Relations.
Menurut Kustadi Suhandang dalam bukunya Public Relations Perusahaan (2004 : 164) bahwasannya belum ada istilah yang tepat bagi pengertian ini, memang secara susunan kata market berarti pasar sehigga sebagian ahli berpendapat bahwa marketing adalah analisis pasar, padahal persamaan arti ini kurang tepat sebab kegiatan marketing lebih luas lagi. Analisis pasar hanyalah sebagian saja dari kegiatan marketing, yang disamping aktivitasnya seperti distribusi, sales promotions, merchndizing, personel selling, Dll. Untuk tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka akan di kutip definisi dari para ahli diantaranya yaitu Nystrum, melalui bukunya Handbook of marketing, mendefinisikan marketing sebagai kegiatan yang meliputi aktifitas perusahaan dalam hal penyaluran barang – barang atau jasa mulai dari produsen ke konsumen, senada dengan pendapat tersebut Maynard Maynard dan Beckham (1946 :3) yang dikutip oleh Kustadi suhandang (2004 : 165) menyebutkan menurut mereka marketing mencakup semua kegiatan Bisnis yang mencakup semua kegiatan bisnis yang meiputi penyaluran barang dan jasa dari produksi fisik sampai ke tangan konsumen.lebih rinci lagi pendapat Converse yang mengemukakan bahwa fungsi marketing adalah tindakan – tindakan, penyelenggaraan, atau pelayanan yang diberikan penyalur atau distribusi barang dan jasa.
Dari definisi – definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa marketing merupakan semua aktifitas perusahaan yang dilakukan dalam rangka menyalurkan barang dan jasa kepada konsumen atas dasar pengertian akan kegunaannya terhadap tempat, waktu, bentuk dan dan kepuasan masing – masing pihak yang terobat dalam proses penyaluran dimaksud.
Semua kegiatan tersebut pada dasarnya ditujukan untuk melayani dan memenuhi kebutuhan konsumen akan barang dan jasa. Oleh karena itu perusahaan yang bersangkutan membuat produksinya bukan semata – mata untuk dikonsumsi sendiri melainkan ditujukan kepada masyarakat, bila masyarakat menerima dalam artian produksi perusahaan itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat maka perusahaan itu hidup dan berkirah dengan sehat dan baik. Kustadi Suhandang (166 : 2004).
Dengan demikian masalah utama bagi upaya yang harus ditempuh sehingga produksi perusahaan dapat diterima masyarakat, maka seorang Public Relations Officers, menurut Kustadi Suahandang (2004 : 166) hendaknya melakukan study pasar sebelum barang produksi dilemparke pasar dianatranya :
a. Pendekatan komodity, yaitu mempelajari sistem marketing, tiap jenis komoditi satu persatu.
b. Pendekatan institusional, yaitu penelitian anatomis terhadap sistem pemasarannya. Maksudnya tiap bagian dari sistem marketing barang itu dilukiskan dan dianalisis sudah tentu dihubungkan dengan kebutuhan yang bersangkutan.
c. Pendekatan fungsional, yaitu penelitian yang bersifat analisis fisiologis tiap fungsi dari sistem marketing ini dianalisis kemudian di bahas
d. Pendekatan historis, yaitu pengamatan terhadap bagaimana terbentuknya fungsi – fungsi dan institusi marketing yang ada
e. Pendekatan metode ongkos, yaitu menganalisis segi – segi ongkos dari semua kegiatan marketing.

a. Manfaat Marketing Public Relations
Marketing Public Relations merupakan proses perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program-program yang merangsang pembelian kepuasan konsumen melalui komunikasi mengenai informasi yang dapat dipercaya melaui kesan-kesan yang membutuhkan perusahaan dan produknya sesuai dengan kebutuhan, keinginan, perhatian dan kepentingan para konsumen
Pengembangan sinergi dari fungsi pemasaran dan Public Relations yang kemudian mencapai titik temu dan dikenal sebagai istilah Marketing Public Relations tersebut cukup efektif dalam membangun brand awareness (pengenalan merk) dan brand knowlege (pengetahuan merk), pengembangan tersebut juga berpotensi juga untuk memasuki, dan bahkan mendukung bauran pemasaran (marketing mix), khususnya unsur promosi dalam bauran tersebut. Dalam beberapa hal Marketing Public Relations dianggap lebih hemat untuk mencapai publisitas tinggi dalam proses publikasi, jika dibandingkan dengan iklan komersial yang biayanya cukup mahal dan jangka waktu yang relative pendek.
Dalam perkembangan aktivitas terakhir ini, Marketing Publik Relations cukup efektif dan efisien dalam penyebaran pesan dan informasi. Selain itu Marketing Public Relations mengandung kekuatan membujuk (persuasive approch) dan sekaligus mendidik (educated) masyarakat atau publiknya. Di tambah kecanggihan media elektronik juga memberikan berbagai manfaat bagi marketing Public Relations. Di antara manfaat tersebut dalam Rusady Ruslan (2005 :245 : 246) adalah sebagai berikut :
a. Dapat lebih efektif dan efisien dalam penggunaan pembiyaan publikasi mengingat semakin tingginya biaya produksi promosi di media masa (komersial)
b. Saling melengkapi (komplementer) dengan promosi periklanan.
c. Dapat meningkatkan kredibilitas (kepercayaan) dari pesan – pesan yang disampaikan melalui jalur Public Relations.
d. Kampanye melalui iklan mempunyai keterbatasan pada ruang (space) dan waktu (timely) yang tersedia di media elktronik dan media cetak, oleh karena itu penggunaan promosi iklan harus membeli ruang siaran agar pesan yang disampaikan dapat ditayangkan atau dimuat di dalam media tersebut. Sedangkan melalui marketing publik relations tidak usah membayar itu semua melainkan pesan tersebut diolah dan dikemas sedemikian rupa kedalam suatu berita (news) atikel sponsor (advertorial) atau feature sehingga menarik perhatian pembaca.

3. Strategi Public Relations Melalui Hubungan dengan Masyarakat Lokal
Menurut Rhenald Kasali (2005 : 127) bahwasannya komunitas lokal adalah masyarakat yang bermukim ataupun yang mencari nafkah disekitar kantor perusahaan ataupun aset perusahaan lainnya, komunitas lokal dipandang sebagai satu kesatuan dengan perusahaan yang memberikan manfaat timbal balik. Hubungan timbal balik bukan berarti suatu komunitas adalah kumpulan orang – orang yang saling berbagi dalam memanfaatkan suatu fasilitas lebih jauh komunitas adalah suatu organisme sosial yang saling berinteraksi.
Beberapa hal keuntungan dengan membuat hubungan yang harmonis dengan komunitas lokal yaitu pasokan tenaga kerja yang sehat, yang mengenal perusahaan secara dekat dan tinggal di dekat perusahaan salah satunya.
Terdapat tiga tingkat Strategi Public Relations dalam usaha meningkatkan Hubungan dengan masyarakat sekitar yakni :
1. Kegiatan program yang bersifat charity, bentuk kegiatan seperti ini ternyatadampaknya terhadap masyarakat hanyalah “menyelesaikan masalah sesaat”hamper tidak ada dampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, selainlebih mahal, dampak jangka panjang tidak optimal untuk membentuk cutraperusahaan, dari sisi biaya, promosi kegiatan sama halnya dengan biaya punlikasikegiatan. Walaupun masih sangat relevan, tetapi untuk kepentingan perusahaandan masyarkat dalam jangka panjang lebih dibuituhkan pendekatan yang
2. Kegiatan program yang membantu usaha kecil secara parsial. Saat ini makinbanyak perusahaan yang menyadari pentingnya pendekatan CSR yang berorientasipada peningkatan produktifitas dan mendorong kemandirian masyarakat, salahsatu bentuk kegiatannya adalah membantu usaha kecil, tetapi bentuk kegiatanperkuatan tersebut masih parsial, memisahkan kegiatan program yang bersifatpendidikan, ekonomi, infrasutruktur dan kesehatan. Walaupun lebih baik ternyatapada tingkatan masyarakat kegiatan ini tidak dapat diharapkan berkelanjutan,bahkan cenderung meningkatkan keberuntungan masyarkat pada perusahaan,sehingga efek pada pembentukan citra ataupun usaha untuk menggalangkerjasama dengan masyarkat tidak dapat secara optimal.
3. Kegiatan program yang berorientasi membangun daya saing masyarakat, program akan meberi dampak ganda untuk perusahaan dan masyarakat karena dari awal dirancang untuk meningkatkan produktifitas (sebagai ukurandata saing) guna meningkatkan daya beli sehingga meningkatkan akses padapendidikan dan kesehatan jangka panjang, untuk itu perlu diberikan penekananpada berkelanjutan penguatan ekonomi secara mandiri .
4. Strategi Public Relations Melalui PRC ( Persepsi Realitas citra).
Menurut Kotler dalam bukunya Marketing Manajemen (1999) yang dikutip oleh Silih Agung Wasesa (2005 : 13) mendefinisikan bahwa persepsi sebagai sebuah proses dimana seseorang melakukan seleksi, mengorganisasi, dan mengintrpretasikan informasi – informasi yang masuk ke dalam pikirannya menjadi sebuah gambaran besar yang mempunyai arti.
Dengan demikian menurut Silih Agung Wasesa (2005 : 15) seberapa jauh citra akan terbentuk sepunuhnya ditentukan oleh bagaimana Public Relations mampu membangun persepsi yang didasarkan oleh realitas yang terjadi, untuk singkatnya Silih Agung Wasesa menyebut dengan proses PRC atau Persepsi realitas Citra. Sekalipun persepsi belum tentu sama dengan realitas yang muncul, tetapi persepsi tidak bisa dibangun dengan realitas mendasar, apalagi kalau realitas diselewengkan agar mengelabui target audience sehinnga menghasilkan persepsi yang kita inginkan.
Persepsi realitas citra harus dibangun dengan fondasi yang kredibel, persepsi realitas citra yang tidak didasari informasi realitas dengan kredibilitas yang tinggi hanya akan menghasilkan citra yang lemah. Risiko yang diakibatkan oleh informasi yang tidk kredibel adalah banyaknya celah yang dapat dilihat oleh public termasuk pihak lain yang memiliki kepentingan bersebrangan untuk dengan mudah.
Apalagi citra tidak bisa dipilah secara kaku pada area baik dan buruk, citra harus dikembangkan berdasarkan pada perkembangan bisnis yang dimiliki oleh perusahaan. Pada perusahaan yang baru tumbuh akan berbeda dengan perusahaan yang berkembang secara matang.
Mengacu pada pola pertumbuhan perusahaan dibuat oleh Boston Cosulting Group dalam BCG matrix yang dikutip Silih Agung Wasesa (2005 : 16), maka citra yang dibentuk pada tiap tahapan akan berbeda, secara detail penjabaran citra harus dibentuk sebagai berikut :
1. Question Marks
Pada tahap ini perusahaan baru saja berdiri sehingga pertumbuhan produktifitiasnya termasuk tinggi. Namun demikian pangsa pasarnya masih rendah.
Pada tahap ini citra harus dibentuk untuk memberikan edukasi kepada public mengenai visi perusahaan serta manfaatnya. Sebagai contoh adalah jika perusahaan memiliki produk baru maka penggalangan citra harus ditujukan pada edukasi konsumen tentang pemahaman produk, termasuk fungsi produk, baik secara sosial ataupun personal. Jadi, begitu produk diluncurkan kebutuhan konsumen di pasar akan terbentuk lebih dahulu.

2. Stars
Pada tahap Stars, perusahaan mulai mrngalami pertumbuhan pasar yang baik yang ditandai dengan pertumbuhan produk serta penguasaan pasar yang semakin baik.
Pada tahap ini citra harus dikembangkan untuk memberikan pemahaman kepada publik bahwa perusahaan memiliki tanggung jawab publik yang kuat. Citra produk juga diarahkan pada aspek – aspek yang menyangkut keamanan dan kenyamanan konsumen dalam menggunakan produk dan fungsi sesuai kebutuhan konsumen.
Tugas pencitraan disini adalah memperkuat brand awareness ataupun ekuitas merek. Perusahaan harus mampu mengkomunikasikan kepada konsumen bahwa merek mereka akan lebih mampu memenuhi kebutuhan konsumen secara signifikan dibandingkan dengan merek – merek pesaing. Pola komunikasi pada tahap ini juga mengembangkan loyalitas konsumen terhadap merek.
3. Cash Cow
Kejenuhan mulai masuk ke perusahaan. Sekalipun memiliki market share yang cukup tinngi tetapi pasar dikuasainya mulai sulit dikembangkan. Dalam tahap ini, sering sekali merek produk disebut oleh konsumen hanya untuk menegosiasikan dengan kategori produk itu sendiri. Merek sering disebut tetapi, produknya tidak pernah dibeli. Merek Aqua pernah mengalami tahap ini, dimana nama mereknya identik dengan air minum dalam kemasan. Sehingga tidak jarang banyak konsumen yang menyebutkan merek, tapi bergeming ketika disodorkan merek lain.
Pada tahap ini, citra harus disegarkan kembali. Loyalitas konsumen terhadap merek juga harus terus dibangun. Publik harus disadarkan bahwa merek produk memiliki perbedaan yang signifikan terhadap merek – merek lain. Untuk merevitalisasi mereknya, Aqua membangun positioning Sehatnya nyata, dan membuat kampanye iklan yang menegaskan bahwa Aqua adalah merek pilihan. Jadi jangan memilih yang lain , sekalipun jenis produk yang sama.

4. Dog
Dalam tahap ini tidak mudah untuk membentuk citra perusahaan karena perusahaan pada posisi dimana baik pangsa pasar maupun pertumbuhan pasarnya berada pada titik terendah.
Pada tahap ini citra harus mampu mengawal manajemen dalam melakukan revitalisasi usaha. Merek – merek harus dilahirkan kembali sesuai dengan kebutuhan konsumen saat ini.
Salah satu contoh sukses merek yang sukses bangkit di tahap ini adalah permen Viks. Dengan mengubah dari semula hanya dianggap obat batuk menjadi permen pelega tenggorokan, sehingga mampu melesat hingga menguasai pasar.

1 komentar: